Selasa, 7 Februari 2017
(Kej. 1:20-2:4a; Mzm. 8:4-5,6-7,8-9; Mrk. 7:1-13)
HALAL DAN HARAM?

makanan dengan label ‘haram’ saja, bisa membuat pertengkaran yang tidak ada habis-habisnya. Namun, menjadi tidak masuk akal ketika, kesalehan dan kesucian seseorang hanya ditentukan oleh makanan yang dimakan atau perbuatan fisik tertentu. Padahal, kesalehan dan kesucian orang itu justru ditentukan oleh sikap batinnya sendiri yang tulus dan suci, bukan sekedar penampakan luar lewat kata-kata (sok) suci dan menggurui.
Injil hari ini mengkisahkan bagaimana Yesus dan
murid-muridNya dikritik oleh orang-orang Farisi, karena hendak makan tanpa
membasuh tangan sehingga makanan menjadi najis. Namun, Yesus menegaskan bahwa
semua makanan adalah halal. Yang menjadi tidak benar adalah ketika hati manusia
yang justru najis dan tercemar, karena apapun yang keluar dari hati yang najis
dan tercemar, akan mengakibatkan dosa, meskipun tampak suci dan bersih di luar.
Di dalam Kerajaan Allah, soal halal dan haram tak perlu diperdebatkan karena
yang membuat kita dikuduskan adalah pencurahan Darah Kristus di kayu salib,
sehingga kekudusan yang dicapai adalah kekudusan hati atau batin, bukan
kekudusan fisik atau jasmani. Semoga, setiap ajaran agama membuat kita semakin
kudus dan dekat kepada Allah, bukan justru membuat kita cemar hati dan jauh
dari Allah.
Selamat pagi, selamat mendekatkan diri pada
Allah lewat sikap hati yang penuh kekudusan. GBU.
#james5buceng2