Minggu, 19 Februari 2017
MINGGU BIASA VII
[Im.
19:1-2,17-18; Mzm. 103:1-2,3-4,8,10,12-13; 1Kor. 3:16-23; Mat. 5:38-48]
AJARAN ISTIMEWA YESUS TENTANG KASIH
Rasa-rasanya suasana malam di kota-kota besar, identik
dengan kerlap-kerlip lampu kota, lalu-lalang kendaraan, dan kemacetan. Di tengah-tengahnya,
di pusat-pusat keramaian, kini mudah ditemukan kedai-kedai kaki lima,
menjajakan makan berbagai macam rupa. Di
Jakarta, ada banyak tempat yang
dikhususkan, sebagai tempat orang-orang berkumpul, berbagi cerita (bahasa
kerennya ‘nongkrong’), dan tentu saja menikmati makanan. Kalau dicermati, ada
jenis-jenis makanan yang diberi label ‘istimewa’ oleh pembuat atau penjualnya:
martabak telur istimewa, nasi goreng istimewa, iga bakar istimewa, roti bakar
istimewa. Pemberian label, tentu saja berdasarkan sebuah alasan bahwa yang ‘istimewa’
memiliki perbedaan signifikan dengan yang biasa-biasa saja. Ambil contoh: nasi
goreng istimewa karena memakali telur dan tambahan daging, karena nasi goreng
yang biasa hanya berisi sosis dan sayuran. Inilah yang disebut istimewa, karena
ada perbedaan signifikan dan tidak biasa-biasa saja.
Yesus, hari ini juga memberi sebuah wejangan atau
pengajaran yang istimewa. Istimewanya adalah karena Yesus berani berbeda dengan
hukum yang sudah ada, namun perbedaan ini hendak menunjuk pada sebuah ‘hukum’
baru, yaitu hukum kasih. Hukum Taurat menyatakan: “Mata ganti mata, gigi ganti
gigi.” Sekilas, hukum ini hendak menegakkan sebuah keadilan, meski ada unsur
sebuah pembalasan. Namun, pembalasan setimpal, itu berarti adil bukan? Yang
terjadi dalam kehidupan nyata, manusia melakukan sesuatu yang lebih parah dan
tak terpuji, yang tidak pantas disebut dengan sebuah keadilan. Bila dipukul
satu kali, akan membalas berkali-kali, bila perlu, membawa teman untuk
mengeroyok. Bila kita digosipkan dan dikata-katai dengan perkataan yang tak
baik, akan dibalas dengan terang-terangan menceritakan kejelekan kepada semua
orang. Ya, kita selalu berusaha membalas dengan sesuatu yang jauh lebih buruk.
Namun, Yesus mengajarkan sesuatu yang istimewa. Yesus
mengajarkan: “Bila ditampar pipi kananmu, berikanlah kepadanya pipi kirimu.”
Ya, rasanya kita takkan pernah rela melakukan ini. Karena itu berarti kita
melakukan sesuatu di luar kebiasaan. Biasanya membalas, namun kali ini tidak.
Namun, ketika kita berani untuk tidak membalas perbuatan jahat orang lain
kepada kita, itu berarti kita sedang bersaksi tentang kasih Allah. Dari segala
kemerdekaan hati yang kita miliki, kita tidak memilih untuk merencanakan sebuah
pembalasan, namun mungkin kita diam-diam menyebutkan orang yang menyakiti kita
dalam doa. Alangkah lebih indah, jika perbuatan kita ini menularkan kasih
kepada semakin banyak orang, dan memutus rantai-rantai pembalasan dan kebencian.
Selamat pagi, selamat membalas perbuatan jahat dengan
kasih dalam segala kemerdekaan hati. Selamat berhari Minggu. GBU.
#james5buceng2