Rabu, 1 Maret 2017
RABU ABU Pantang dan Puasa
[Yl. 2:12-18; Mzm. 51:3-4,5-6a,12-13,14,17; 2Kor.
5:20-6:2, Matius 6:1-6,16-18]
RABU ABU: PINTU MENUJU
RETRET AGUNG
Masa Prapaskah dimulai dengan menerima abu pada
hari Rabu Abu. Masa Prapaskah merupakan masa pertobatan; masa pantang dan puasa
sebagai persiapan untuk merayakan Kebangkitan Kristus pada Hari Raya Paskah.
Mengapa simbolnya adalah abu? Di dalam Kitab Suci, manusia pertama diciptakan
dari debu, dan kemudian Tuhan meniup roh melalui hidung sehingga bisa hidup di
hadirat Tuhan. Ketika manusia pertama jatuh dalam dosa, Tuhan mengingatkan:
“Ingatlah bahwa engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu.” Maka,
bisa dikatakan bahwa Rabu Abu pertama itu terjadi di Taman Eden, ketika manusia
disadarkan tentang asal dan hakekatnya yang penuh dosa. Rabu Abu menjadi tanda
pertobatan, ketidakkekalan dunia dan bahwa keselamatan hanya berasal dari Tuhan
sendiri. Lalu apa yang kita lakukan selama masa Prapaskah? Ada tiga hal yang
diajarkan Yesus di dalam bacaan Injil, yaitu: pertama, melakukan amal kasih,
atau sedekah, dengan catatan bahwa pemberian itu harus sepenuh hati dan tidak
perlu dikisahkan kepada orang lain. Kedua, tentu saja, kita terus giat berdoa,
karena sebagai manusia, kita hendaknya memiliki kesadaran untuk selalu
tergantung kepada Tuhan. Dan ketiga, lewat pantang dan puasa, yang meski sudah
ada aturan yang jelas, pantang dan puasa yang terbaik adalah dengan tidak
berbuat dosa di hadapan Tuhan. Semoga di masa Prapaskah, sebagai ‘retret agung’
orang Katolik, kita semakin mewujudkan pertobatan dan semakin percaya kepada
Injil.
Selamat pagi, selamat menjalani masa retret
agung. GBU.
#james5buceng2