Senin, 13 Februari 2017
[Kej. 4:1-15,25; Mzm. 50:1,8,16bc-17,20-21; Mrk. 8:11-13]
BERIMAN BUKAN HANYA DARI SEBUAH TANDA
Akhir-akhir ini Jakarta dan sekitarnya, sering
dilanda hujan deras. Di tempat-tempat lain, tampaknya hal yang sama juga
terjadi. Hujan deras, disertai angin yang kencang. Beberapa hari yang lalu, ada
pohon besar, di sekitar UI, yang tumbang karena diterpa angin kencang.
Memang,
hujan bisa terjadi kapan saja: pagi, siang, sore dan malam. Namun, awan gelap
yang menggantung, dan angin yang berhembus adalah beberapa dari sekian banyak
tanda ketika hujan akan turun. Maka, banyak orang kini bisa ‘bersiap-siap’
ketika tanda-tanda hujan mulai tampak, misalnya mempersiapkan hujan atau mantol
kalau harus bepergian. Sebuah tanda mewakili kehadiran sesuatu yang ditandakan.
Sebuah tanda membantu kita untuk merasakan dan meyakini sesuatu.
Namun, dalam Injil hari ini, Yesus justru
menolak memberi tanda bagi orang Farisi? Jawabannya sederhana: karena orang
Farisi tidak pernah tulus untuk mengenal Dia, sehingga diberi tanda sekalipun,
mereka takkan pernah bisa melihat Yesus sebagai tanda kehadiran Allah yang
menyelamatkan. Dengan menolak untuk memberi tanda, Yesus mengajak mereka untuk
lebih dewasa dalam beriman. Hidup kita, pun kadang demikian, bahwa selalu
meminta dan ‘menagih-nagih’ tanda dari Allah berupa karya-karya besar nan
ajaib. Padahal, kehidupan kita sendiri adalah tanda kehadiran Allah yang paling
nyata. Dan, tidak jarang, Allah hadir dalam tindakan-tindakan yang sederhana,
bahkan tak kasat mata. Berbahagialah yang tak melihat namun percaya, bukan
sekedar karena sebuah tanda.
Selamat pagi, selamat menemukan tanda-tanda
kehadiran Allah dalam peristiwa-peristiwa kehidupan. GBU.
#james5buceng2