Oleh Th. Wiryawan
Saya baru saja membaca sebuah buku menarik dan buku ini telah
difilmkan dengan judul
Heaven is for Real. Buku ini dijadikan dasar film tersebut dan
telah menjadi box office.
Buku Heaven is for Real ditulis oleh Todd Burpo. Buku ini telah
sukses secara fenomenal semenjak diterbitkan pertama kali pada tahun 2010. Buku
tersebut telah terjual sebanyak sepuluh juta kopi dan telah diterjemahkan ke
dalam 39 bahasa. Buku tersebut bertahan selama 60 minggu sebagai buku
paperbacknon-fiksi No.1 dalam daftar buku terlaris New York Times.
Keberhasilan buku tersebut dan filmnya sebagian besar karena
klaim Colton bahwa dia mengalami tinggal
di Surga dengan segala keagungannya. Bertemu Yesus, para malaikat bahkan melihat Yohanes Pembabtis.
Setelah melihat pengungkapan ini, Yesus mengembalikan Colton ke
Bumi sebagai jawaban dari doa-doa Todd. Ketika mereka mendengar cerita ini,
kedua orang tua Colton terbengong-bengong. Colton belum bisa membaca ketika itu
dan mereka yakin mereka belum pernah menceritakan padanya detail-detail seperti
yang dia sebutkan. Mereka juga tidak percaya seorang anak yang ketika itu belum
genap berusia empat tahun dapat mengarang cerita sedemikian.
Sejak buku ini terbit,
banyak yang tidak percaya dengan kisah ini. Mereka mengatakan itu
hanyalah halusinasi akibat dari anestesi yang diberikan pada Colton,
dikombinasikan dengan imajinasi yang jelas sebagai seorang anak yang dibesarkan
dengan kisah-kisah dalam Alkitab karena ayahnya seorang pendeta.
Bagi saya, buku ini bukan tentang tempat tetapi harapan untuk
membuat surga di manapun kita berada. Setiap kali kami meng-update perkembangan
BKSY di hadapan Mgr Suharyo dan rekan rekan terasa bahwa Surga itu nyata
melalui program BKSY.
Berkembang di Tengah Berbagai Keterbatasan
Di tengah berbagai keterbatasan seperti respons yang kurang
positif dari beberapa pastor paroki, service level partner asuransi yang belum
sesuai harapan, atau belum pahamnya beberapa ketua lingkungan dan lain-lain
masalah, tetapi hasil BKSY menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan.
Secara resmi, anggota BKSY telah mencapai hampir 22 ribu
peserta. Sebuah perkembangan yang menggembirakan di tengah segala keterbatasan.
Saat ini, sudah ada 26 paroki yang menjalankan BKSY. Di samping itu, ada juga
beberapa komunitas yang sudah menjadi peserta, seperti Palingsah, PGU,
komunitas KAJ, Laetitia KAJ, dan komunitas Guru dan Karyawan Sekolah Yos
Sudarso Purwokerto. Dalam waktu dekat,
akan menyusul dosen dan karyawan Seminari Kentungan, dan beberapa
seminari lainnya.
Bukti Bukan Hanya Janji
Sampai kini, sudah ada lebih 300 klaim kematian yang sudah
dibayarkan ( Rp 3 miliar ). Saat mereka menerima dana santunan terlihat sekali
kelegaan karena dana ini turut membantu meringanlan beban mereka. Sedangkan
yang masuk rumah sakit dan menerima manfaat rawat inap sebanyak lebih dari 4500 orang.
Saat penyerahan santunan, mereka terlihat sangat gembira. Wajah
penuh kegembiraan. Ah ... terasa Surga itu nyata.
Belarasa Bukan Karitatif
Salah satu spirit BKSY adalah semangat belarasa: membantu yang
kekurangan dan berbagi menjadi sikap hidup sehari-hari. Spirit ini kami namakan
Pending coffee. Bukan sekadar program apalagi sekadar menyumbang.
Ada yang ingin menyumbang namun tidak mau ikut. Atau ada yang
mengatakan parokinya tidak ada orang miskin. Jadi tidak mau ikut. Saat ini
panitia masih terus menyosialisasikan makna Pending coffee sebagai sikap
belarasa.
Penggerak Utama
Sukses tidaknya BKSY tercermin dari seberapa komit Pastor paroki
dalam menggerakkan BKSY di parokinya. Contoh yang paling nyata adalah pastor
paroki Barnabas, SPMR Blok Q dan Hati Santa Maria Tak Bernoda Tanggerang. Para
Pastor paroki itu memberi arahan yang jelas bahkan memberi target ke
koordinator paroki. Hasilnya, BKSY bergerak sebagai kegiatan belarasa yang
disambut dengan baik di paroki-paroki tersebut.
Di tingkat pelaksana, peranan ketua lingkungan sebagai ujung
tombak akan sangat penting. Banyak di antara mereka yang sudah sepuh. Mereka
tidak terbiasa menggunakan komputer.
Peranan pastor paroki dan ketua lingkungan sungguh luar biasa.
Saat para ketua lingkungan minta dibimbing memasukkan data ke komputer dan
berhasil dengan sukses, tampak kegembiraan di wajah mereka. Wajah bahagia bisa
membawa surga bagi umat lingkungannya.
Service Level
Salah satu hal yang terus-menerus ditingkatkan adalah service
level saat adanya klaim rawat inap atau klaim kalau ada yang meninggal. Mulai
awal Oktober, partner asuransi jiwa diganti dengan harapan service menjadi
lebih baik.
Saat Bapak Uskup Suharyo mengatakan: terima kasih ke panitia
yang telah bekerja secara tekun membantu umat melalui BKSY, saat itulah terasa
surga nyata. Saat melihat kegembiraan penerima santunan, saat itu terasa surga
nyata. Saat melihat wajah panitia yang dengan tekun mencari solusi, atau aktif
bersosialisasi di paroki-paroki, atau saat sekretariat tetap bekerja walau
sudah malam, pada saat itulah terasa bahwa surga itu memang nyata.