Kamis, 23 Maret 2017
[Yer. 7:23-28; Mzm. 95:1-2,6-7.8-9; Luk. 11:14-23]
KEBAIKAN ATAU ANTI KEBAIKAN?
Pada situasi seperti sekarang ini, menjadi orang
baik, jujur dan bersih adalah sesuatu yang tidak enak dan tidak nyaman.
Bayangkan, orang yang jelas-jelas melakukan kebaikan, justru difitnah dengan
berbagai dalih dan alasan. Sekarang ini, bermacam-macam isu, mudah ‘disulut’
dan dipermainkan demi menghancurkan kebaikan, namun isu yang paling ‘nikmat’
dimainkan adalah isu etnis dan keagamaan. Mungkin, bagi beberapa pihak,
keberagaman etnis, budaya, keyakinan dan ideologi adalah sebuah kesalahan, maka
mereka berusaha membawa keseragaman. Namun, tampaknya usaha ini justu menjauhi,
inti dan makna kehidupan, yaitu kebaikan dan kedamaian. Kalau memang semua
mendambakan kebaikan, perbedaan bukanlah sebuah penghalang. Mengatasnamakan
perbedaan hanya sekedar dalih dan alasan untuk mereka yang hadir dengan beragam
kepentingan-kepentingan.
Yesus, yang tentu saja pembawa kebaikan dan
kebenaran, merasakan bahwa memang tidak mudah untuk menumbuhkan kebaikan.
Ketika Yesus mengusir setan, kaum Farisi justru menuduh Yesus telah mengusir
setan dengan kuasa Beelzebul. Kaum Farisi ini memfitnah Yesus sebagai antek
Beelzebul, karena memang inilah cara kaum Farisi untuk menghentikan misa
kebaikan Kristus. Namun, Yesus menegaskan bahwa dalam keadaan seperti ini,
hanya ada dua pilihan: menjadi pewarta kebaikan, atau menghalangi hadirnya
kebaikan. Hidup kita di dunia pun dihadapkan pada dua pilihan: membawa kebaikan
atau menghalangi hadirnya kebaikan. Dalih-dalih dan alasan ‘demi’ kebaikan,
terkadang dihadirkan oleh mereka-mereka yang berkepentingan, namun Tuhan tahu
dan paham bahwa kebaikan yang sejati, selalu mendapat tempat dan kesempatan.
Maka, dimana kita hendak berpijak? Kebaikan atau anti kebaikan?
Selamat pagi, selamat mengusahakan kebaikan bagi
dunia dan sesama. GBU.
#james5buceng2