Jumat, 14 April 2017
HARI JUMAT AGUNG
[Yes. 52:13-53:12; Mzm. 31:2,6,12-13,15-16,17,25; Ibr. 4:14-16; 5:7-9;
Yoh. 18:1-19:42]
MENCINTAI SAMPAI AKHIR
Yesus datang ke dunia menjadi manusia adalah untuk
mewartakan kasih dan keselamatan Allah kepada semua manusia yang berdosa. Yesus
melaksanakannya sampai sungguh selesai di kayu salib, ketika berkata: ‘Sudah
selesai (consummatum est).”
Pernyataan ini bukan hendak mengatakan bahwa tugasNya berakhir, namun tentu ada
maksud yang lebih mendalam. Perutusan Yesus ke dunia, baru dapat dipahami jika
memandangnya sebagai bentuk belas kasih dan partisipasi Allah terhadap manusia.
Hidup (dan sengsara) Yesus hanya dapat ditangkap dengan baik jika kita
meletakkannya sebagai bentuk ‘empati’, sehingga Allah ingin ikut mengalami
kehidupan manusia. Dalam situasi ini, kita sadar bahwa dosa manusia sungguh
besar, namun kasih Allah jauh lebih besar melebihi apapun, sehingga “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengkaruniakan
AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yesus disalib bukan karena perbuatanNya
namun karena rasa benci dan dengki dari imam-imam kepala yang tidak mau sepak
terjang Yesus berlangsung lebih lama dan lebih jauh. Rasa dengki telah membuat
segala cara dilakukan dan dihalalkan sehingga Yesus bisa disingkirkan. Perutusan
Yesus dimulai dengan kelahiran, karya, sengsara dan akhirnya disalib. Semua
telah dijalani dan diselesaikan dengan sangat baik. Arti kata selesai berarti
bukan berakhir tapi ingin menunjukkan bahwa kasih dan pengurbanan Yesus
dilakukan sampai akhir dan sehabis-habisnya. Sungguh sampai selesai! Maka,
dalam kesempatan peringatan akan sengsara dan wafat Yesus ini, kita diajak
untuk mencintai Allah secara total dan sehabis-habisnya, lewat sesama. Yesus
yang tiada berdosa saja, bersedia melakukannya, apalagi kita yang bukanlah
siapa-siapa dan apa-apa. Dan, kita diajak secara konkret untuk menghapus rasa
iri dan dengki yang justru menghantar manusia pada kematian. Rasa dengki ini
mesti diganti dengan sikap saling menghargai dan meneguhkan, dan akhirnya
semangat untuk saling berbagi. Hidup manusia penuh dengan jerat dosa, namun
Allah telah menganugerahkan cara supaya kita pun lepas dari jerat dosa
tersebut.
Selamat pagi, selamat merenungkan kasih Allah yang
besar dan agung ini. GBU.
#james5buceng2