Senin, 1 Mei 2017
[Kis. 6:8-15; Mzm. 119:23-24,26-27,29-30; Yoh. 6:22-29]
MAKANAN ROHANI DALAM RELASI YANG
DALAM DENGAN KRISTUS
Saya selalu terkesan
dengan para pastor setelah merayakan Ekaristi hari Minggu di beberapa paroki.
Sehabis melepas kasula, sudah banyak anak-anak komuni pertama yang antri
berjajar, menunggu tanda tangan di absensi misa mingguan, dan para pastor melayani
tanda tangan itu satu persatu. Setelah itu, para pastor akan segera siap di
depan pintu gereja, memberi salam kepada setiap orang yang hendak pulang,
sekedar ‘say hello’ atau bertanya banyak hal tentang hidup keseharian. Setelah
itu, barangkali para pastor, akan memberi pelajaran untuk komuni pertama, atau
sudah ada yang menunggu untuk memberi sakramen perminyakan. Belum lagi kalau
diundang untuk misa lingkungan atau rapat panitia pembangunan. Ya, para pastor
tentu adalah pribadi yang selalu dicari dan ditunggu kehadirannya oleh seluruh
umat beriman. Betapa indah dan sukacita, jika memang demikian.
Demikian Yesus di kala itu, yang
banyak dicari orang karena berbagai macam intensi dan kebutuhan. Kebanyakan
karena hendak menjadi saksi atas kehebatanNya untuk menyembuhkan dan membuat
mukjizat. Namun, kali ini Yesus hendak menghindar dari orang-orang kebanyakan
karena dari sekian yang datang, banyak yang hadir karena ingin mendapatkan
sukacita duniawi berupa materi yang disimbolkan dengan makanan. Dalam kehidupan,
sukacita duniawi, adalah sesuatu yang penting, apalagi berupa makanan jasmani,
karena memberi kekuatan dan kehidupan, tetapi ada yang jauh lebih penting
yaitu, makanan rohani, dengan wujud relasi yang mendalam dan kesatuan dengan
Kristus, yang didapatkan dalam setiap helai doa yang kita panjatkan. Semoga,
relasi kita dengan Kristus yang mendalam menjadi dasar relasi kita dengan
rekan, sahabat dan handai taulan, yang didasarkan karena kesatuan dan relasi
yang mendalam.
Selamat pagi, selamat menemukan
makanan rohani dalam relasi yang mendalam dengan Kristus. GBU.
#james5buceng2