Senin, 10 April 2017
[Yes. 42:1-7; Mzm. 27:1,2,3,13-14; Yoh. 12:1-11]
CINTA SEPENUH HATI ATAU CINTA PENUH KEMUNAFIKAN?
Namanya juga cinta, maka segala hal akan
dilakukan demi orang yang dicintai. Setiap pagi, sebelum masuk ke kantor, saya
menyempatkan membeli sarapan di dekat kantor. Singkat cerita, setelah beberapa
kali jumpa, saya tahu bahwa ternyata penjualnya berasal dari Pilangsari Sragen.
Meski dulu hanya sempat tinggal setahun di Sragen, itu pun karena TOP, saya
bisa akrab dengan Ibu penjual itu, karena bisa berbagi banyak cerita. Kadang
saya sampai lupa waktu masuk ke kantor. Suatu hari, anak Ibu ini sakit karena
keracunan makanan, dan mesti membawa anaknya ke rumah sakit. Namun, anehnya,
hari itu dia tetap berjualan seperti biasa dan ketika saya tanya, jawabnya, “Iya
nih, ini juga supaya saya bisa punya pegangan uang buat biaya rumah sakit. Ada
bapaknya kok yang nungguin.” Hari itu, saya membantu sekedarnya, dengan
membayar lebih dari biasanya. Ibu itu, di tengah kegelisahannya, mengucapkan
terima kasih. Pengalaman seperti ini, ada ribuan yang sejenis, ketika orang tua
berusaha dan berjuang keras demi kehidupan anak-anaknya. Memang, ciri kasih adalah
pengorbanan. Jadi, tiada kasih tanpa sebuah pengorbanan.
Kisah Injil hari ini menggambarkan sebuah
pengorbanan yang ditunjukkan Maria, ketika mengurapi Yesus dengan minyak
narwastu. Minyak narwastu adalah minyak yang mahal, dan itu pun dikomentari
oleh Yudas, bahwa akan lebih baik kalau uangnya digunakan untuk orang miskin
saja. Namun, untuk sebuah cinta, nilai materi sebesar dan setinggi apapun
tidaklah berarti lagi. Kita juga bisa merenungkan bagaimana Maria tidak
melakukan perhitungan apa-apa dengan Yesus, dan fokusnya adalah perbuatan kasih
yang nyata. Yudas memang mengatakan tentang belas kasih kepada orang miskin,
namun dia adalah pribadi yang tidak jujur, karena toh dia sendiri yang nantinya
mengkhianati Yesus hanya demi uang tiga puluh keping. Kalau cinta butuh
pengorbanan, maka kita juga bisa memilih menjadi pribadi Maria: mencintai
dengan sepenuh hati, atau seperti Yudas, mencintai dengan penuh kemunafikan dan
kepura-puraan.
Selamat pagi, selamat mencintai dengan setulus
hati.
#james5buceng2