Senin, 17 April 2017
[Kis. 2:14,22-32; Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; Mat. 28:8-15]
BERSAKSI AKAN KEBENARAN SEJATI
Saya mempunyai seorang teman seangkatan di
seminari yang sudah cukup berumur, yang selalu meneriakkan atau mengeluarkan
celetukan, “Wah, makam kosong!”, ketika mencari seseorang ke kamarnya dan orang
tersebut tidak berada di kamarnya. Celotehan itu ternyata ‘berbuntut panjang’
dan mengembang menjadi sebuah istilah bagi teman-teman yang sedang pergi, maka
dia disebut sedang meninggalkan ‘makam kosong’ alias kamar kosong. Dan istilah
itu semakin berkembang lagi menjadi istilah untuk membahasakan teman-teman yang
sering pergi, yang berarti sering meninggalkan ‘makam kosong’ alias kamarnya
sering kosong tidak berpenghuni. Kesimpulan demi kesimpulan itu terbentuk berdasarkan
satu realita bahwa kamarnya kosong alias orang yang bersangkutan itu tidak ada.
Sehingga rasa percaya terbentuk karena sebuah fakta yang tak terbantahkan.
Namun, apa yang dikisahkan dalam Injil
barangkali berjalan kebalikan, bahwa melihat sesuatu dengan mata kepala
sendiri, tidak selalu mendatangkan rasa percaya apalagi iman. Inilah yang
dialami oleh para penjaga makam Yesus, yang sebenarnya adalah saksi pertama
kebangkitan Kristus. Iman membutuhkan kekuatan untuk keluar dari diri, dari
rasa takut dan rasa lekat akan dunia, dan memulai sebuah jalan pemurnian karena
Allah sendiri yang melaksanakan semua hal dalam hidup kita. Mereka yang
menerima kebenaran dalam iman adalah mereka yang telah meninggalkan dunia dan
melawan kesaksian palsu, meski untuk menjadi seperti itu, membutuhkan
perjuangan yang tidak ringan. Semoga kita pun dalam hidup kita hanya mengejar
kebenaran sejati, meski untuk itu, kita harus meninggalkan kesenangan dan
kelekatan akan dunia.
Selamat pagi, selamat bersaksi akan kebenaran
sejati. GBU.
#james5buceng2