Kamis, 11 Mei 2017
[Kis. 13:13-25; Mzm. 89:2-3,21-22,25,27; Yoh. 13:16-20]
KEHENDAK DIRI ITU TAK PERNAH ABADI!
Tentu masih banyak yang baper, karena
seolah-olah yang terjadi hari-hari ini di ibukota, seperti menunjukkan bahwa
keadilan dan hukum sungguh tidak berpihak kepada orang benar. Orang yang baik,
jujur dan bersih, justru mendapatkan takdir yang tidak berpihak. Namun, tentu kita
akan mengingat orang ini, karena orang inilah yang mau bekerja keras dan
melayani siapapun tanpa pamrih. Bahkan, dalam posisi ditanan-pun, dia masih
mengutamakan kepentingan rakyat banyak, dan berpesan supaya peristiwa ini
menjadi pembelajaran bersama, dan menyemangati supaya kita pun, tetap melakukan
yang terbaik. Saya pikir, inilah sosok pemimpin yang mengutamakan pelayanan,
dan kerendahanhati menjadi ‘nafas’ yang tak pernah hilang dari dirinya. Di sisi
lain, dia sendiri memiliki hak untuk membela diri, namun dia memilih untuk
menerima semua ini demi kebaikan bersama, demi kebaikan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Yang terjadi dengan zaman Yesus,
barangkali mirip juga. Menjelang Yesus disalib, suasana begitu carut marut.
Para murid berselisih mencari siapa yang terbesar, Yohanes dan Yakobus meminta
kedudukan istimewa, dan Yudas sedang mengatur sebuah pengkhianatan.
Masing-masing orang sibuk dengan dirinya sendiri. Namun, Yesus justru tetap
memberikan sebuah teladan kepada mereka, yaitu soal kerendahan hati. Kerendahan
hati adalah mau menanggalkan kepentingan diri demi melayani semua orang tanpa
kecuali. Semoga kita pun tetap memilih untuk merendah dan bukan memaksakan
kehendak, sehingga kehendak Tuhanlah yang terjadi, dan bukan kehendak diri
sendiri. Percayalah, kehendak diri itu tak pernah abadi.
Selamat pagi, selamat meneladan
kerendahan hati Tuhan. GBU.
#james5buceng2