Kamis, 29 Junii 2017
HARI RAYA St.
PETRUS dan St. PAULUS RASUL
[Kis.
12:1-11; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; 2Tim. 4:6-8,17-18; Mat. 16:13-19]
KARYA KESELAMATAN ALLAH LEWAT GEREJA DAN KELUARGA
Tahun 2003
menjadi tahun penting dalam kehidupan beriman saya sebagai seorang anak-anak,
karena di tahun itu saya diperkenankan menerima Sakramen Penguatan dari tangan
Mgr. Ignatius Suharyo (waktu itu masih Uskup Keuskupan Agung Semarang). Mungkin
saking gembiranya, saya ditemani kakak saya, ‘merayakan’-nya dengan jalan kaki
dari Gereja sampai rumah, padahal jarak yang ditempuh juga lumayan, sekitar
tujuh kilometer dengan jalanan yang dominan gelap. Maklum, saya ‘anggun’ alias
anak ‘nggunung’, jadi melewati lereng-lereng bukit sebelum bisa sampai ke
rumah. Namun, kegelapan dan jarak jauh itu, tak berarti karena saya
melakukannya dengan sukacita. Sukacita yang dirasakan adalah karena betapa
indah dan agung rahmat yang telah saya terima, meski waktu itu saya masih
seorang anak-anak. Menerima sakramen-sakramen, berarti menerima karya
keselamatan Allah yang diselenggarakan dalam dan oleh Gereja, maka kita butuh
waktu dan persiapan untuk bisa menerima sakramen-sakramen itu dengan layak dan
pantas. Itulah kenapa Gereja selalu menghimbau setiap umat supaya datang lebih
awal sebelum misa agar kita sungguh siap menerima karya keselamatan Allah
tersebut. Juga ada pelajaran komuni pertama sebelum menerima Tubuh dan Darah
Kristus untuk pertama kali, pelajaran Penguatan sebelum diperkenankan menerima
urapan Minyak Krisma dan seterusnya. Semua persiapan itu semata-mata adalah
demi mempersiapkan diri dan hati, sehingga sungguh layak dan pantas menerima
anugerah agung keselamatan Allah.
Hari ini kita
merayakan Hari Raya St. Petrus dan Paulus, dan kedua rasul ini adalah ‘soko
guru’ Gereja, sehingga pewartaan keselamatan Allah dapat menjangkau sampai kita
sekarang. Salah satu alasan kenapa Gereja kita masih terus bertahan adalah
karena kasih yang menjadi pemersatu, dan tanpa kasih, kiranya kesatuan itu
tidak akan bertahan sampai sekarang. Kita juga lahir dari gereja ‘mini’, yaitu
keluarga, maka sebenarnya, pendidikan iman yang utama justru dimulai dari
keluarga. Saya merasa bersukacita bisa menerima Sakramen Penguatan (termasuk
sebelumnya, Sakramen Ekaristi), pertama-tama karena sadar bahwa setiap sakramen
adalah sesuatu yang agung, dan pengertian itu pertama-tama justru saya dapat
dari dalam keluarga. Kasih dalam keluarga itu terwujud dengan berbagai macam
hal: saling memperhatikan, saling mendoakan dan saling meneguhkan. Dalam hal
beriman, kasih dalam keluarga itu ‘berbicara’ banyak ketika saya diajari berdoa
meski sederhana, ikut kegiatan lingkungan dan gereja, dan berbagai keutamaan
kristiani lainnya. Semoga melalui keluarga-keluarga kita, yang adalah
gereja-gereja ‘mini’, gereja-gereja kecil, karya keselamatan Allah senantiasa
terwujud, karena ada kasih di dalamnya. Dan lewat keluarga pula kita bisa
merasakan kesatuan yang benar dan rukun di hadapan Allah.
Selamat pagi,
selamat mewujudkan kasih dalam gereja-gereja ‘kecil’ kita. GBU.
#james5buceng2