Jumat, 23 Juni 2017
HARI RAYA HATI YESUS YANG
MAHAKUDUS
[Ul.
7:6-11; Mzm. 103:1-2,3-4,6-7,8,10; 1Yoh. 4:7-16; Mat. 11:25-30]
KEMURNIAN HATI SEPERTI ANAK-ANAK
Suatu kali, ada seorang
anak kecil yang tiba-tiba tersenyum ketika dekat-dekat dengan saya. Kata mama-nya,
anak itu tersenyum, karena melihat kumis yang saya miliki. Saya tidak tahu
alasan pastinya, yang jelas anak tersebut tersenyum karena memang demikian.
Namun, di lain kesempatan, kumis ini menjadi alasan bagi seorang anak kecil
yang lain untuk lari dan menangis. Padahal, jelas-jelas itu adalah kumis yang
sama. Ya, begitulah anak-anak, sedemikian spontan, dan mengungkapkan begitu
saja apa yang ia lihat, dengar dan rasakan. Di mata seorang anak, ada
kejujuran, dan dengan demikian, bisa segera mengatakan sesuatu sebagai: baik
atau buruk, bagus atau jelek, benar atau salah dan seterusnya. Maka, kalau
ingin melihat siapa diri kita, bertanyalah kepada anak-anak, karena di samping
terdapat kepolosan dan kejujuran, di sana juga terletak: kemurnian hati.
Hari ini kita merayakan
Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus, dan bacaan hari ini juga berkisah tentang
arti: kemurnian hati. Yesus berkenan menyingkapkan ‘kebesaran’-Nya, bukan
kepada orang yang pandai dan bijaksana, namun kepada orang yang kecil dan
lemah. Yang dimaksud, tentu saja adalah mereka yang secara sadar mau membuka
diri kepada Tuhan, dan bukan mengikuti kehendak diri. Seperti hati anak-anak
yang murni, tanpa kepalsuan dan tanpa kemunafikan, semoga hati kita pun
demikian, sehingga semakin siap dan terbuka pada kehadiran Tuhan. Hati Yesus
yang Maha kudus, hati yang suci, yang tertusuk oleh pengkhianatan manusia,
namun tetap mahakudus adanya. Yesus pun mengajari kita untuk taat dan setia
pada kehendak Bapa, meski untuk menjadi seorang yang taat, butuh banyak derita
dan pengorbanan.
Selamat pagi, selamat
menghadirkan kemurnian hati untuk menyambut kehadiran Tuhan. GBU.
#james5buceng2