Kamis, 15 Juni 2017
[2Kor. 3:15-4:1,3-6; Mzm. 85:9ab-10,11-12,13-14; Mat. 5:20-26]
KATA-KATA YANG PENUH BERKAT
Sepanjang selama hidup
saya banyak mengenal orang yang cerdas dan pandai. Namun, cerdas dan pandai itu
tidak bisa menjadi ukuran akhlak seseorang, apalagi kalau hanya memiliki
jabatan atau kekuasaan tertentu. Bahkan, jabatan atau kekuasaan tertentu, bisa
menjadi ‘tes’ untuk menilai akhlak seseorang. Banyak orang yang cerdas dan
pandai, disertai memiliki jabatan dan kekuasaan, justru menampilkan citra buruk
karena tak mampu mengendalikan diri dalam berkata-kata. Banyak orang yang
cerdas dan pandai ini ‘jatuh’ hanya karena kata-kata yang diucapkan, karena mau
tidak mau, orang seperti mereka, kata-katanya adalah yang paling ditunggu dan
dinantikan. Inilah yang disebut dengan kekuatan kata-kata. Sebuah kata, akan
menjadi berkat, kalau dikatakan di saat yang tepat. Namun, sebuah kata, akan
menjadi kutuk, kalau dikatakan di saat yang tidak tepat.
Hari ini Yesus menyerukan
upaya-upaya perdamaian. Upaya perdamaian yang terbaik, bukan sekedar ketika
kita ‘mempersembahkan kurban bakaran di atas altar’, melainkan dengan
mengamalkan kasih kepada sesama. Seperti kritikNya kepada para Farisi yang
hanya ‘pintar’ berdoa, namun hatinya tetap busuk, karena tak memiliki perhatian
kepada sesama. Upaya perdamaian bisa dimulai dengan mengatur mulut dan
kata-kata kita. Sadar atau tidak sadar, kadang kita melakukan ‘kekerasan’
secara verbal, atau kekerasan yang disebabkan oleh perkataan yang dilontarkan
dari mulut kita. Kekerasan verbal ini terjadi karena tidak mampu mengontrol
mulut. Yesus mengajak kita untuk senantiasa mengupayakan hidup damai terhadap
sesama, dimulai dari kata-kata, sehingga kata-kata kita sungguh menjadi berkat
dan peneguhan bagi yang mendengarnya.
Selamat pagi, selamat
mengupayakan hidup damai dimulai dari kata-kata kita. GBU.
#james5buceng2