Rabu, 21 Juni 2017
[2Kor. 9:6-11; Mzm. 112:1-2,3-4,9; Mat. 6:1-6,16-18]
MENJADI PRIBADI YANG HENING DAN ‘HENING’
Saat saya menulis ini,
saya sedang berada di kerumunan orang yang diperkenankan berbuka puasa di dalam
kereta. Sambil mengetik di HP, saya mengamati mereka yang bersukacita ketika
bisa ‘membatalkan’ puasanya hari tersebut, dengan apapun yang mereka bawa.
Puasa bukan sekedar menahan rasa lapar dan haus. Berpuasa adalah sebuah ibadah,
yang jika dilakukan dengan benar, maka akan mendatangkan banyak pahala.
Berpuasa yang benar, berarti melakukannya tanpa terpaksa, ikhlas, dan tidak
menjadikannya alasan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan baik lainnya.
Jadi mereka tetap bekerja, tetap berangkat ke kantor, dan tetap melakukan
aktivitas, meski sedang berpuasa. Karena mereka yakin, bahwa dengan menunaikan
ibadah puasa secara baik, sekaligus beramal kepada orang lain tanpa pamrih,
pahala dari Allah akan datang tiada henti. Sembari terkantuk-kantuk, saya juga
mengangguk, mengamini keyakinan itu. Bahwa doa dan perbuatan baik adalah satu
keterkaitan, ketika dilakukan dengan tulus dan tanpa pamrih, namun doa dan
perbuatan akan menjadi kemunafikan, kalau satu dan lainnya, ternyata tidak
saling berkaitan, atau bahkan bertentangan.
Sabda Tuhan hari ini
mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang hening dan ‘hening’. Hening berarti
sunyi (dan senyap), tanpa suara, tanpa kata-kata. Hening menandakan sebuah
keadaan ketika kita mampu menyadari kehadiran diri, kehadiran orang lain dan
tentu saja, kehadiran Allah. Yesus mengkritik orang Farisi yang berdoa supaya
dilihat dan dipuji orang, karena mereka melakukannya di jalan-jalan, di
keramaian. Padahal, doa cukup dilakukan dalam keheningan, tanpa siapa-siapa,
hanya kita dan Allah saja. Doa adalah relasi yang erat dan mesra dengan Allah,
dan itu mudah dihayati justru dalam keheningan. Begitu juga dalam berbuat
kebaikan kepada orang lain, kita pun mesti melakukannya dalam ‘hening’, artinya
berbuat tanpa harus mencari sanjungan dan tepuk tangan. Berbuat baik ya tinggal
berbuat baik saja, tanpa perlu pamrih dan mengharap imbalan, karena sanjungan
dan tepuk tangan itu bersifat sementara, karena akan hilang kalau sudah tak
dibutuhkan. Allah maha tahu, maka apapun yang kita lakukan pasti dilihat oleh
Allah. Semoga kita, senantiasa hening dan ‘hening’, melakukan segala kehendak
Allah dengan segala kerendahan hati, karena Allah sendiri yang akan melimpahkan
rahmatNya pada kita.
Selamat pagi, selamat
berdoa dan berbuat kebaikan dalam hening dan ‘hening’. GBU.
#james5buceng2