Sabtu, 24 Juni 2017
HARI RAYA KELAHIRAN St.
YOHANES PEMBAPTIS
[Yes. 49:1-6; Mzm. 139:1-3,13-14ab,14c-15; Kis. 13:22-26; Luk.
1:57-66,80]
MENJADI TANDA KEHADIRAN ALLAH
Beberapa waktu yang lalu,
ada perdebatan tentang sekelompok orang yang tidak bersedia dipimpin oleh
seseorang yang bukan berasal dari ‘kaum’ atau ‘ras’-nya. Pemahaman seperti ini,
tentu pemahaman yang dangkal dan sempit, karena kita sebagai manusia, tidak
pernah bisa memilih dilahirkan sebagai bangsa tertentu, atau di tempat tertentu.
Setiap orang memiliki garis hidupnya masing-masing, yang tentu saja, setiap
orang pasti beda. Saya lahir dan besar di Muntilan, namun sekarang orang tua
tinggal di Gunungkidul. Meski begitu, saya tidak pernah sempat tinggal di
Gunungkidul cukup lama, karena sejak lulus SMP sudah masuk seminari. Meski soal
kelahiran, kita tidak bisa memilih, namun kita tetap memiliki kemampuan untuk
memilih cara dan tujuan hidup kita. Namun, tentu saja yang terutama adalah
usaha untuk menjadi orang yang berguna dan mewartakan kasih Allah kepada semua
orang.
Hari ini kita merayakan
kelahiran St. Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis menjadi tanda kehadiran
Allah yang akan datang untuk menyelamatkan manusia. Yohanes menjadi ‘pembuka
jalan’ bagi Yesus untuk memulai karya keselamatan di dunia. Kehadiran Yohanes
Pembaptis menjadi bagian dari kisah keselamatan Allah bagi manusia. Kita pun
demikian, tidak terlalu penting, dari mana asal kita dan dari keluarga seperti
apa, yang utama adalah kita pun mampu menjadi sarana kehadiran Allah bagi orang
lain. Tentu dengan setiap tugas dan karya yang kita lakukan sehari-hari. Kalau
seorang dokter, menjadi tanda kehadiran Allah bagi pasien. Seorang guru menjadi
tanda kehadiran Allah bagi para murid. Seorang imam menjadi tanda kehadiran
Allah bagi umatnya. Semoga, siapapun kita, dan apapun yang kita kerjakan,
sungguh menjadi hidup yang berkenan di hadapan Allah, dan menjadi sarana bagi
Allah untuk melaksanakan kehendakNya.
Selamat pagi, selamat
menjadi tanda kehadiran Allah. GBU.
#james5buceng2