Sabtu, 3 Juni 2017
[Kis.
28:16-20,30-31; Mzm. 11:4,5,7; Yoh. 21:20-25]
MENGIKUTI YESUS DENGAN
SEBAIK-BAIKNYA
Kalau anda seorang yang mengalami masa muda di zaman
sekarang, tentu paham istilah ‘kepo’, yang kurang lebih berarti ‘pingin tahu
urusan orang’. Kadang, kalau anda berhadapan dengan orang yang ‘kepo’ rasanya
agak risih dan menjengkelkan, apalagi kalau urusan yang ingin diketahui adalah
urusan anda sendiri. Rasanya keman-mana seperti memiliki seorang pengamat dan
pemerhati. Turunan dari ‘kepo’, barangkali ‘stalker’, nah ini istilah yang ‘zaman
sekarang banget’. ‘Stalker’ menunjuk pada usaha untuk menggunakan berbagai
macam cara untuk mengetahui informasi tentang seseorang, terlebih lewat akun
media sosial. Nah, kalau ‘stalker’ ini beroperasi secara diam-diam, tanpa
diketahui oleh orang yang diincar. Biasanya, ini dilakukan oleh orang yang ‘naksir’
pada seseorang tapi malu mengungkapkan, atau oleh seorang mantan yang belum
rela ditinggalkan mantan kekasihnya. Namun, pada dasarnya, ‘kepo’ adalah
sesuatu yang positif, karena orang menjadi berhasrat menambah pengetahuan,
namun kalau dilakukan berlebihan, toh bisa mengganggu privasi dan kenyamanan
orang lain.
Syndrome per-kepo-an ini juga menjangkiti Petrus yang
bertanya kepada Yesus: “Tuhan apa yang akan terjadi dengan dia (Yohanes) ini?”
Namun, Yesus menjawab: “Jikalau aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai
Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau, ikutlah Aku.” Yesus hendak
menegaskan kepada Petrus bahwa yang terpenting adalah urusan mengikuti Yesus
dan kehendakNya, bukan justru mencari tahu nasib orang lain, dalam hal ini
adalah nasib dan masa depan Yohanes. Allah punya kehendak dan rencana kepada
masing-masing orang, dan kita tak perlu merepotkan diri untuk harus tahu dan ‘kepo’
dengan kedaulatan dan wewenang Allah. Yang justru harus dipastikan adalah
memastikan bahwa diri kita sungguh mengikuti Yesus dengan baik.
Selamat pagi, selamat mengikuti Yesus dengan baik.
GBU.
#james5buceng2