Selasa, 13 Juni 2017
[2Kor. 1: 18-22; Mzm. 119:129,130,131,132,133,135; Mat.
5:13-16]
KEHADIRAN YANG PENUH SUKACITA DAN
KEGEMBIRAAN
Saya pernah sharing pengalaman
hidup dalam kesempatan bimbingan rohani dengan Rm. Ruby (sekarang Mgr. Ruby).
Dalam sharing tersebut, saya memunculkan sebuah istilah: ‘spiritualitas
kehadiran’. Kalau tidak salah, waktu itu saat menjalani Tahun Orientasi
Pastoral (TOP) di Paroki Sragen. Pengalaman yang sangat dominan waktu itu
adalah perjumpaan dengan berbagai macam jenis orang dan kelompok, dengan segala
keunikannya, namun saya berusaha untuk menyesuaikan diri, meski terkadang mengalami
kesulitan karena setiap orang dan kelompok, memiliki karakteristiknya
masing-masing. Saya menerjemahkan frasa ‘spiritualitas kehadiran’ sebagai
kesediaan diri untuk hadir bersama. Hadir bersama ini, tidak menuntut kualitas
atau kompetensi tertentu, namun kerelaan untuk memberi waktu, bahkan ketika
kita merasa bahwa hidup kita sudah dipenuhi sekian banyak tugas dan kegiatan.
Sebuah kehadiran, meski kadang sebentar dan kadang juga tidak menambah kualitas
apapun, namun bagi orang yang bisa merasakan, akan menghadirkan sebuah
kegembiraan dan sukacita tak terhingga.
Hari ini kita
mendengarkan perumpamaan Yesus tentang garam dan terang. Namun, saya hendak
mengambil salah satunya yaitu tentang cerita dan kisah mengenai arti dan
manfaat garam bagi kehidupan. Yesus tahu bahwa garam waktu itu sudah digunakan
untuk berbagai kepentingan, namun untuk menjadi manfaat bagi kehidupan itu,
garam tidak memiliki bentuk yang menonjol. Garam akan segera larut dalam
masakan begitu dibubuhkan, namun efeknya tentu menambah sedap masakan. Yesus
hendak mengajak kita menjadi seperti garam, yang bisa bermanfaat bagi gereja
dan masyarakat, tanpa perlu harus ‘kelihatan’. Kehadiran kita bagi orang lain,
bagi diri kita sendiri, mungkin rasanya tidak berarti. Tapi, bagi orang lain,
kehadiran kita, meski sederhana, sangat dibutuhkan. Kata orang-orang demikian: “Bagi
dunia mungkin kita hanya seseorang, tapi bagi seseorang kita adalah dunianya.”
Maka, mari kita menghadirkan diri bagi orang lain dengan segala kegembiraan dan
sukacita.
Selamat pagi. Selamat
menghadirkan diri bagi orang lain dengan penuh kegembiraan dan sukacita. GBU.
#james5buceng2