BKSY
mengajak umat agar mempunyai kepedulian, kepekaan, perhatian, dan belarasa
kepada yang lain. Diharapkan dengan sikap belarasa itu umat mau berbagi dengan
ikhlas kepada mereka yang meninggal dan sakit. Bagi umat yang kesehatannya
sudah dilindungi dengan berbagai asuransi, masih bisa membantu dan peduli
kepada umat yang belum mampu. Mereka bisa berdonasi dalam program pending
coffee.
Pastor Joseph Kristanto. [NN/Dok.Pribadi]
Melihat
situasi sekarang, benarkah banyak paroki tidak sependapat dengan adanya BKSY?
Atau sebenarnya mereka belum tahu pengajaran dan sikap beriman apa yg mau
disampaikan oleh bapak uskup kita? Kita semua merasakan bahwa bila ada anggota
keluarga yang sakit, seluruh keluarga bisa merasakan sakit. Untuk ke rumah
sakit dan menjaga pasien tentu butuh waktu, perhatian, dan biaya. Dalam hal ini
bila peserta ada yg menjalani rawat inap, BKSY bisa membantu keluarga yang
menunggui pasien, asalkan pasiennya menjadi anggota BKSY. Bila umat Katolik
“berlomba-lomba” menjadi anggota BKSY, saya yakin banyak orang akan terbantu di
saat sakit atau meninggal.
Sebagai
murid-murid Yesus, dengan ikut berbagi melalui BKSY, kita berlatih menjadi
manusia yang murah hati. “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah
murah hati” (Luk 6:36). Bukankah Yesus juga mengatakan, “Karena itu haruslah
kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat 5:48).
BKSY menjadi salah satu sarana untuk mewujudkan iman dalam perbuatan, yaitu
menolong sesama yang membutuhkan. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak
2:20.26).
Umat
sebenarnya lebih mudah jalan dan taat bila para pastornya mengajak. Saya merasa
(moga salah), banyak pastor paroki yang belum memahami dengan baik dan benar
tentang BKSY. Sayangnya, karena tidak paham dan tidak mau direpotkan, lalu
tidak menerima atau tidak menjalankan program BKSY. Bila bela rasa belum jalan
di paroki, jangan-jangan imam dan umatnya belum mempunyai kepedulian dan
kepekaan akan ajakan Yesus dan bapak uskup. Banyak umat yang saya temui
mengatakan kepada saya, “Pastor, kami ini akan taat pada apa yang dikatakan
oleh pastor paroki. Akan diajak ini mau, ke sana juga mau”. Masalahnya, apakah
para pastornya taat pada uskup?
Source
: Yusti H. Wuarmanuk - HIDUP NO.01 2019,
6 jANUARI 2019