
Yesus Kristus yang Berbelarasa. Yesus
tidak hanya mengajar tentang belarasa, namun dia menghidupi belarasa itu. Dia
hidup bersama orang-orang pinggiran dan dipinggirkan seperti orang sakit,
pemungut cukai, pelacur, kaum Samaria. Totalitas belarasa itu diwujudkan Yesus
dengan menyerahkan hidupNya sendiri sampai puncak kayu salib. Totalitas belarasa itu pula yang
menghantar Yesus sampai pada kebangkitan dari kematian. Kebangkitan berarti
Allah berpihak pada Yesus, bukan pada 'lawan-lawan' Yesus yang menyalibkanNya.
Allah membangkitkan Yesus berarti Allah merestui, mengamini seluruh sabda,
ajaran, dan hidup Yesus yang berbelarasa bersama kaum kecil, lemah, miskin dan
tersingkir. Belarasa menjadi jalan kebangkitan Yesus Kristus. Totalitas
belarasa Yesus didasarkan pada Abba experience. Pengalaman kedekatan dan
kesatuan Yesus dengan Bapa menggerakan Yesus untuk berbelarasa secara total.
Pengalaman akan totalitas belarasa Allah menjadi daya gerak totalitas belarasa
Yesus.
Gereja dipanggil untuk berbelarasa.
Jatidiri Gereja akan sungguh legitimate hanya jika mengambil bagian dalam hidup
Yesus yang berbelarasa. Yesus mewujudkan kekristusannya dengan menenggelamkan
diri ke kancah kehidupan real manusia, terutama mereka yang kecil, lemah,
miskin dan tertindas. Dengan spiritualitas kenosis (pengosongan diri) itu pula
Gereja dipanggil untuk mewujudkan jatidirinya sebagai gereja yang berbelarasa.
Gereja diutus untuk hadir dan terlibat dalam jerih-payah hidup manusia saat ini
dengan berbagai duka dan kegembiraan, harapan dan kecemasannya menuju masa
depan yang paripurna.
Pengalaman perjumpaan dengan Kristus
menjadi dasar Gereja yang berbelarasa. Kesediaan berbelarasa mengandaikan pengalaman
perjumpaan dengan Yesus Kristus. Passion for humanity hanya mungkin tumbuh kalau
ada passion for Christ. Belarasa bersama sesama yang miskin hanya mungkin ada
kalau orang terlibat dalam belarasa bersama Kristus. Belarasa pria Samaria yang
baik hati (Luk 10:25-37) hanya mungkin diwujudnyatakan kalau didahului
pengalaman perjumpaan dengan Kristus seperti yang dialami oleh perempuan
Samaria di sumur Yakub (Yoh 4:5-42). Perjumpaan pribadi perempuan Samaria
dengan Yesus Kristus menghantar perempuan Samaria pada pertobatan sejati yang
menggerakan dirinya untuk berbagi pengalaman keselamatan dengan sesamanya.