“ ... get started by taking a
selfie to give God a status update on you…”
Di sudut ruangan itu kami selfie
bersama Tuhan, bercakap-cakap untuk berbagi permenungan dan pengalaman iman
yang bergumul memaknai dunia digital ini. Kami bersyukur atas pengalaman
rekoleksi ini. Kami menyadari betapa informasi tanpa batas telah membombardir
rutinitas dan di tengah laju konektivitas itulah, Rm. Andalas menyodorkan
refleksi spiritualitas dunia digital yang begitu luas. Empat kata kunci ini
kiranya mewakili pengalaman rekoleksi kami : merasuki, menikmati, menemani,
menjembatani.
Sumber foto : http://blickmedia.net/manfaat-teknologi-digital-dalam-berbagai-bidang/
Menikmati. Lepas dari segala
tegangan serta implikasi antropologi baru yang dibawa oleh algoritma dunia
maya, kami masih bersyukur dapat menikmatinya secara manusiawi. Tidak menolak,
tidak hanyut, melainkan membuka diri dengan negosiasi dan diskresi. « Menikmati
» di sini bukan berarti mengutuki, anti terhadap teknologi atau untuk tujuan
aneh-aneh yang jauh dari esensi; melainkan terbuka pada realitas yang baru;
mempelajarinya serta menggunakan-memanfatkan sesuai fungsinya yakni sarana
kerasulan. Menikmati juga dalam arti secara multisensorik menimba pengetahuan
(informasi), menyegarkan kepenatan dengan hiburan, serta menjalin komunikasi
dengan para rekan-subjek layanan.
Merasuki. Dengan visi inkarnasi
kami meyakini bahwa dunia (digital) juga menjadi locus rahmat dari Yang Ilahi.
Memandang Wajah Ilahi dalam setiap geliat hidup insani yang begitu rupa. Kami
memeluk realitas ini dengan mempelajari banyak hal yang baru, ambigu, tetapi
juga dengan tegangan yang tak tentu. “Aku terkoneksi maka aku ada”, koneksi
berarti eksistensi. Merasuki dunia digital menyadarkan kami betapa pentingnya
dimensi menubuh, memasuki dunia online yang tak terpisah dari yang offline.
Menemani. Dunia digital yang kami
refleksikan, kami rasuki dan nikmati juga berkaitan dengan konteks kerasulan
atau misi. Fenomena budaya, informasi berita yang kami serap memproyeksikan
kontemplasi dunia aktual sehingga menjadi bekal untuk menemani proses
transformasi. Tiada transformasi tanpa visi yang dihidupi. Kami merasa bahwa
dunia digital mengundang kami untuk senantiasa menemani orang berproses
menemukan jati diri; menginspirasi dan syukur-syukur berdaya ubah secara
spiritual dan intelektual. Menemani juga berarti menciptakan bahasa simbolik
baru untuk perambatan iman serta pewartaan kabar gembira bagi para pencari di
dunia digital ini. Salah satunya dengan berbagi insights dan menawarkan model
hidup spiritual “kekinian”; menyingkapkan kehadiran yang Transenden dengan
mengatur hidup harian bukan diskoneksi atau pemisahan. Di sinilah kami merasa bahwa
SJ Provindo perlu terbuka, siap siaga penuh minat menemani dan mengembangkan
sarana yang ada menjawab tantangan zaman: wacana distance learning di Sanata
Dharma, FTW – pengembangan infrastruktur, pedagogi, mental, metode pembinaan
kreatif hingga jalan menuju inovasi yang ada.

sumber : kolsani.or.id
gambar : selasar.com dan blickmedia.net