
Dukacita dan kecemasan orang miskin atau hampir miskin atau
rentan miskin berlipat-lipat ketika salah satu anggota keluarganya sakit dan
diopname, karena ada sekian banyak biaya harus dikeluarkan seperti deposit
untuk jaminan rawat inap, transport, makan selama mendampingi anggota keluarga
di rumah sakit, biaya perawatan dokter, obat, penginapan. Apalagi kalau opname
dialami berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Lebih berat lagi
duka dan kecemasan keluarga miskin kalau yang sakit adalah orang yang menjadi
kepala keluarga atau menjadi tulang punggung penghidupan keluarga. Aneka
pengeluaran yang tak terencana itu diambil dari mana? Tentu duka dan kecemasan
itu semakin berat kalau akhirnya yang sakit itu meninggal dunia? Semakin banyak pengeluaran yang harus
ditanggung keluarga itu. Paling berat beban ekonomis mungkin kalau yang
meninggal adalah sekaligus tulang punggung penghidupan keluarga. Padahal ada
biaya penguburan, doa berhari-hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari dst.
Keluarga-keluarga yang mengalami duka dan kecemasan seperti itu membutuhkan
kepedulian, belarasa dan tindakan kita berbagi.
Gerakan Belarasa Kematian dan Kesehatan Santo Yusup - BerKHat
Santo Yusup - BKSY adalah salah satu cara yang tepat menunjukkan kepedulian, belarasa
dan tindakan berbagi kita. Semangat kepedulian sesama yang kesusahan seperti
dilakukan oleh orang Samaria yang baik hati dengan tindakan belarasa merawat
dia serta mengantar sampai penginapan, bahkan menyediakan dana talangan untuk
memenuhi kebutuhannya, lengkap dengan janji akan menambahi ! Itulah semangat
berkhat St Yusup. Kita semua orang sibuk, seperti orang Samaria yang baik hati
itu juga sibuk. Sesibuk apapun, ada sesuatu yang dapat kita kerjakan bagi
mereka yang berduka dan cemas karena kematian dan sakit. Bahkan kalau kita
tidak ada di dekat mereka itu, kita dapat melakukan sesuatu dengan kerjasama
dengan orang lain. Seperti orang Samaria yang baik hati bekerjasama dengan
penyelenggara penginapan dan perawatan, kita semua bisa bekerjasama dengan
penyelenggara BerKHat Santo Yusup ini. Termasuk menyediakan dana cadangan bagi
mereka yang kemudian tidak mampu untuk ikut terlibat, tetapi tidak bisa
membayar penuh bagi anggota keluarga.
Ketika saya menjadi pastor rekan di paroki Tangerang dengan
umat sekitar 20.000 jiwa, yang meninggal dan dimakamkan selama setahun kurang
lebih 100 orang. Kalau Penyelenggara Berkhat St Yusup menarik dana belarasa
dari masing-masing orang sebesar Rp 80.000 dari 20.000 orang, akan terkumpul Rp
1,6 milyar. Kalau 100 keluarga yang berduka mendapat santunan masing-masing Rp
10 juta, maka dana untuk kematian sebesar Rp 1 milyar dan dana yang tersisa Rp
600.000.000. Dana tersisa itu akan dipakai untuk jaga-jaga membantu 19.900 yang
duka dan cemas karena anggota keluarganya opname. Saya amat sering menemukan
umat katolik Tangerang mempunyai anggota keluarga yang opname. Jadi dana yang
tersisa itu akan terserap banyak, bahkan mungkin habis untuk keluarga yang
diopname. Data angka itu itu saya sebut untuk menunjukkan bahwa BerKHat Santo Yusup bukanlah semacam asuransi yang intinya mau mencari untung, tetapi gerakan
belarasa bersama. Secara singkat, orang yang mengikuti gerakan ini akan
mengatakan, “Dengan membayar Rp 80.000 saja setahun sekali, saya bisa ikut
serta peduli dan berbelarasa dengan meringankan beban orang berduka dan cemas,
sehingga ketika keluarganya meninggal bisa mendapatkan bantuan Rp 10 juta, dan
kalau sakit dapat membantu suatu keluarga mendapatkan uang pengganti kerja
selama maksimal 3 bulan sakit.”
Selamat memulai gerakan Belarasa Santo Yusup.
Komisi PSE/APP KAJ mendukung sepenuhnya gerakan kepedulian, belarasa dan
berbagi ini. Tuhan memberkati kita semua yang mau berbelarasa seperti Bapa
surgawi yang berbelarasa.
Jakarta , 21 November 2013
Yusup Edi Mulyono SJ
Ketua Komisi PSE/APP KAJ