
Bertempat di Gedung Karya Pastoral Keuskupan Agung Jakarta, Kamis, 5 September 2019 Monsinyur Ignatius Suharyo memberikan penjelasan di hadapan wartawan media perihal penunjukkannya sebagai Kardinal oleh Bapa Suci Paus Fransiskus pada Minggu, 01 September 2019 yang lalu.
Konferensi Pers yang disiarkan langsung oleh kanal Youtube @HidupTV
ini diawali dengan penjelasan Romo Hani Rudi Hartoko SJ, mengenai struktur dan
hirarki gereja. Selanjutnya Monsinyur
Ignatius Suharyo menjelaskan penunjukkannya sebagai kardinal. Menurut penafsiran pribadi, Monsinyur Haryo mengatakan bahwa pertama Gereja
Katolik ingin menunjukkan ke-Katolik-kannya. Katolik itu artinya umum, bukan
apa-apa, Katolik itu artinya umum, universal. Kalau dulu kardinal-kardinal itu kebanyakan berasal dari Eropa
dan negara-negara sebelah utara, namun sekarang sudah semakin jelas bahwa ada
internasionalisasi dewan kardinal di Vatikan.
"Kedua adalah keterlibatan gereja terhadap masalah-masalah
yang dihadapi oleh umat manusia. Misalnya soal lingkungan hidup, soal pengungsi,
soal kemiskinan, dialog antar iman. Salah satu yang diangkat adalah pimpinan dewan
kepausan untuk hubungan antaragama. Jelas sekali, arahnya ke mana. Salah satu
yang juga diangkat adalah sekretaris di salah satu dicastery. Kalau disini ya kementerian yang mengusahakan
perkembangan manusia integral, integral human development, seksi pengungsi dan
perantau. Migran dan perantau. Pengungsi dan migran. Jelas sekali arahnya.” kata
Monsinyur Haryo
Yang ketiga, Mgr Suharyo mengatakan bahwa konsistori
ini, pengangkatan ini akan dilakukan pada tanggal 5 Oktober, waktu Vatikan
memulai sinode khusus untuk Amazon. Selanjutnya, "Kita semua tahu Amazon maksudnya apa, pasti
berkaitan dengan lingkungan hidup. Padahal biasanya konsistori ini dilaksanakan
pada bulan November, dimajukan. Seperti halnya pemimpin-pemimpin sering membuat
tindakan-tindakan simbolis ya, ini Paus juga membuat tindakan simbolik. Sebelum
memulai sinode tentang Amazon, diangkatlah kardinal-kardinal itu."
Monsinyur Suharyo menilai,
pengangkatan dirinya sebagai kardinal bukanlah karena prestasi dirinya. Menurutnya tentu pertimbangan Paus adalah karena Gereja Katolik di Indonesia dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Mengapa demikian. Dia memberikan penjelasan soal ini.

Selanjutnya dia menjelaskan "Bahkan ada usaha-usaha bagi Vatikan untuk semakin memahami
Indonesia adalah negara yang penduduknya, penduduk muslimnya paling besar di
dunia tetapi Islam Indonesia belum begitu dikenal di Eropa, yang lebih dikenal adalah
Islam di Timur Tengah. Ada gerakan yang sangat jelas, saudara-saudara kita di
Eropa ingin mengenal lebih baik Islam di Indonesia karena memang berbeda,"
Alasan yang kedua, menurut Monsinyur Ignatius Suharyo adalah tentu
karena umat Katolik sejak sebelum kemerdekaan sudah mempunyai peranan yang
berarti bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dirinya menyebut, tonggak
pertama yang tertulis adalah tahun 1922 ketika seorang misionaris Belanda menyatakan
dengan tegas bahwa gereja Katolik di Indonesia berpihak kepada bangsa yang
ditindas, yang saat itu disebut sebagai pribumi.
"Oleh karena itu, pengangkatan saya, pelantikan saya nanti
sebagai kardinal, itu saya pahami dengan penuh syukur bukan karena saya, tetapi
pertama, karena gereja Katolik di yang hidup di Indonesia ini dengan segala
macam usahanya untuk terlibat di dalam kehidupan bangsa. Dan yang kedua adalah
penghargaan terhadap realitas kehidupan di Indonesia ini. Yang dapat, inilah
yang harus diusahakan terus menerus meskipun begitu banyak tantangannya. Kehidupan
harmonis yang bisa menjadi tempat belajar bagi negara-negara dan komunitas
lain, bahwa perbedaan itu tidak harus sama dengan perpisahan. Tetapi, perbedaan
itu adalah kekayaan yang memperkaya sejarah," jelasnya.
