Pertama-tama
saya ingin mengucapkan selamat hari raya Paskah kepada saudari-saudara sekalian keluarga-keluarga dan komunitas saudara.
Kita
berharap semoga Kristus yang bangkit menjadi
kekuatan bagi kita untuk terus melangkah maju penuh harapan akan masa depan yang lebih baik. Saudari-saudaraku yang
terkasih perayaan paskah selalu ditandai dengan lilin paskah dan pada setiap lilin
paskah selalu ditulis tahun ketika paskah itu dirayakan. Oleh karena itu yang
tertulis pada lilin paskah ini adalah tahun 2020.
Pesannya
jelas yaitu agar perayaan Paskah terus berarti merenungkan dan relevan khususnya
pada tahun ketika Paskah itu dirayakan. Oleh karena itu kita bisa bertanya apa relevansi
perayaan Paskah pada masa kita umat manusia pada umumnya dan bangsa Indonesia
pada khususnya sedang mengalamai pandemi wabah virus corona 19 ini.
Jawaban
atas pertanyaan ini dapat kita berikan antara lain, kalau kita tahu apa yang
menyebabkan merebaknya wabah ini. Ada berbagai pendapat yang berbeda-beda. Salah satu pendapat yang menarik disampaikan dengan
sangat hati-hati, masuk akal, akal budi
kita tetapi juga akal iman kita.
Pendapatnya
begini, bisa jadi wabah adalah reaksi natural atas kesalahan manusia secara kolektif
terhadap alam. Dalam bahasa iman wabah antara lain disebabkan oleh dosa ekologis.
Yang dimaksudkan kira-kira begini; wabah muncul
karena manusia telah merusak tatanan dan harmoni alam. Perusakan alam itu membuat alam tidak
seimbang lagi dan ini mempunyai akibat yang sangat luas dan beragam. Misalnya :
pemanasan bumi, perubahan iklim, polusi
yang mengotori semua elemen alam di darat, di laut maupun di udara dan munculnya
berbagai macam penyakit baru.
Ketidakseimbangan
alam ini membuat tubuh manusia tidak seimbang pula. Imunitas melemah sehingga manusia
menjadi rentan terhadap wabah. Seharusnya alam memiliki caranya sendiri untuk meredam
wabah. Tetapi ketika nafsu, keserakahan dan kesombongan manusia telah merusak alam,
wabah tidak terbendung.
Mengenai
keserakahan manusia ini, Paus Fransiksus mengatakan - dengan keserakahannya manusia mau
menggantikan tempat Allah dan dengan demikian akhirnya membangkitkan pemberontakan
alam-. Kita semua terlibat di dalam di dalam dosa terhadap harmoni alam
yang telah diciptakan oleh Allah sebagai semua baik dan amat baik adanya.
Itulah yang disebut sekali lagi dosa ekologis. Wabah menurut pendapat
ini adalah isyarat alamiah bahwa manusia telah
mengingkari jati dirinya sebagai citra Allah yang bertugas untuk menjaga harmoni alam bukan merusaknya. Wabah
menyadarkan bahwa manusia adalah ciptaan yang rapuh, yang tidak mungkin bertahan
jika alam ciptaan lainnya dihancurkan.
Saudari-saudaraku
yang terkasih, kita bersyukur karena di tengah-tengah pandemi wabah virus
corona 19 ini, kita menyaksikan kerelaan berkorban, solidaritas yang dahsyat
dalam berbagai macam bentuknya. Dalam bahasa iman tumbuhnya kerelaan berkorban,
tumbuhnya solidaritas adalah Paskah yang nyata.
Semoga
semua yang baik tidak berhenti ketika nanti wabah ini lewat. Tetapi kita juga
masih berharap bahkan dituntut untuk merayakan Paskah yang lain, yakni Paskah ekologis.
Ketika kita dibebaskan dari dosa ekologi, kolektif maupun pribadi, dibebaskan dari
sikap tidak peduli terhadap alam atau bahkan nafsu merusak alam dan dianugerahkan
kepada kita kekuatan untuk terus mewujudkan Paskah ekologis itu. Memulihkan alam
yang rusak, merawat dan menjaganya sebagai ibu bumi, rahim kehidupan yang
sejahtera.
Selamat
Paskah, dan moga-moga Tuhan yang bangkit menguatkan kita dalam niat yang baik
kita dengan harapan ini marilah kita lanjutkan ibadah kita dengan melanjutkan
doa syahadat para rasul.