PADA tahun 2009, Mgr Ignatius Suharyo mengemban tugas baru sebagai Uskup Koadjutor Keuskupan Agung Jakarta, dan kemudian menggantikan Mgr Yulius Kardinal Darmaatmadja SJ sejak 28 Juni 2010.
Sebagai
bentuk dukungan kepada Uskup Agung Jakarta yang baru, sekelompok sahabat, yang
tergabung dalam alumni Seminari Mertoyudan, berkumpul di rumah keluarga Bapak
Kaduhu di bilangan Bintaro, dan juga di rumah sejumlah sahabat lainnya di
Jakarta. Setiap pertemuan alumni diawali dengan Misa yang dipimpin Mgr Suharyo,
dilanjutkan dengan ramah tamah. Kelompok alumni tersebut menamakan diri
“Paguyuban Lingkaran Sahabat Mgr Suharyo” dan disingkat Palingsah. Pertemuan
diadakan secara rutin 2-3 kali setahun.
Berangkat
dari keprihatinan Bapak Uskup dalam pelayanan pastoral di bidang pendidikan dan
kesehatan, pada salah satu kesempatan setelah misa di tahun 2011, Bapak Uskup
bertanya, “Apa yang dapat kalian sumbangkan secara nyata untuk pelayanan
pastoral di KAJ?”
Program
“Ayo Sekolah Ayo Kuliah” (ASAK) yang sudah digulirkan oleh sejumlah paroki
merupakan jawaban iman terhadap permasalahan Keluarga Katolik yang tidak mampu
membiayai pendidikan anak-anaknya. Kelompok Palingsah lantas memikirkan program
konkret serupa, yang dapat menjadi sarana peduli, belarasa, dan berbagi
antarumat, khususnya mereka yang kekurangan, lemah, miskin, tersingkir dan
difabel (KLMTD). Itulah awal mula gagasan BKSY.
Biaya Pemakaman Semakin Mahal

Karena
biaya pemakaman dari tahun ke tahun kian mahal, dana Rp 2,5 juta atau Rp 3 juta
dirasa tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, muncullah gagasan untuk membuat
program yang melengkapi Seksi Santo Yusup di sejumlah paroki. Program itu
diberi nama Berkhat Santo Yusup (BKSY). Iurannya Rp 80.000 per orang setahun. Ada
dua jenis bantuan yang diberikan bagi setiap peserta yakni dana kematian
sebesar Rp 10 juta dan bantuan rawat inap Rp 100.000 per hari, maksimum 90 hari
dalam setahun. Bantuan rawat inap ini lebih merupakan bantuan untuk keluarga
pasien, sebagai dana pendukung untuk penunggu si pasien dan pengganti sebagian
penghasilan harian.
Berbelarasalah seperti Bapa-mu Berbelarasa
Setelah
dipertimbangkan masak-masak melalui proses yang panjang, sekitar dua tahunan,
akhirnya jawaban konkret atas masalah bantuan biaya rawat inap dan biaya
pemakaman Berkhat Santo Yusup (BKSY) diluncurkan secara resmi sebagai program
belarasa Keuskupan Agung Jakarta oleh Bapak Uskup. Misa peluncuran program BKSY
itu diadakan 30 Nopember 2013 di Aula Katedral, dihadiri oleh wakil dari seluruh
paroki di KAJ.
Diharapkan,
keikutsertaan umat melalui program BKSY merupakan tindakan nyata, wujud
solidaritas antar umat dalam peduli, berbelarasa dan berbagi (PeRaGi), terutama bagi sesama yang
kekurangan, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel, yang terpaksa hidup tidak
sesuai dengan martabatnya sebagai pribadi manusia, citra Allah, sebagaimana diamanatkan oleh
Allah Bapa dalam Injil Lukas 6: 36 “Hendaklah kamu berbelarasa, sama
seperti Bapa-mu berbelarasa”.
Dengan
meneladan orang Samaria (Lukas 10:33-36), kita menolong mereka yang tidak kita
kenal dengan ikhlas tanpa pamrih, melalui partisipasi menjadi anggota BKSY.
Juga apabila ternyata Tuhan memberi kita umur panjang (lebih dari 80 tahun),
justru kita harus bersyukur. Karena selain anugerah umur panjang, kita boleh
diberi kesempatan berbelarasa dan membantu sesama. Iuran selama menjadi anggota
BKSY tidak hilang, tetapi bermanfaat untuk sesama kita yang membutuhkan.
BKSY Didukung PT Asuransi Central Asia
Berbeda
dengan pelayanan lain, BKSY didukung oleh pihak ketiga, yakni perusahaan
asuransi. Iuran kepesertaan menjadi terjangkau dan dana gotong royong peserta
BKSY akan dikelola secara profesional, sehingga kapan pun terjadi klaim,
tersedia dana bantuan. Karena BKSY adalah pelayanan, wujud belarasa dan
solidaritas antarumat, maka perusahaan asuransi yang kita ajak kerjasama,
selain harus kuat dan profesional, ia harus memahami semangat, spiritualitas,
dan tujuan BKSY.
Dari
11 (sebelas) perusahaan asuransi yang dihubungi, hanya PT Asuransi Central Asia
(ACA) yang memahami tujuan dan semangat BKSY. ACA bersedia mendukung program
ini, dan BKSY terdaftar sebagai satu produk asuransi mikro. Komitmen ini
ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara ACA dan Palingsah,
disaksikan oleh Mgr Ignatius Suharyo. Intinya adalah dengan menerima iuran Rp
80.000 per orang per tahun, ACA sanggup memberikan manfaat Rp 10 juta (125 x
iuran setahun) untuk kematian dan sebesar Rp 100.000 per hari atau 125% premi
setahun untuk rawat inap, maksimum 90 hari per tahun. Selain itu, ACA juga
membangun sistem informasi berbasis web untuk BKSY. Melalui teknologi internet
ini, pendaftaran akan lebih mudah dan akurat, pun solidaritas belarasa
antarumat diperluas. Solidaritas umat tidak hanya terjadi antarumat dalam satu
paroki, tetapi antar-paroki dalam satu Keuskupan, bahkan dimungkinkan
antar-keuskupan di seluruh Indonesia.
Belarasa, Tujuan Utama Peserta BKSY
Motivasi
dan tujuan utama menjadi peserta BKSY adalah meneladan Allah Bapa dalam
berbelarasa bagi orang lain, solider dan berbagi kasih secara nyata. Tindakan
banyak umat yang tergerak hatinya dan ikhlas akan diberkati Tuhan, sehingga
dana yang terkumpul akan cukup untuk membantu ribuan orang. Melalui solidaritas
ini, mereka yang sakit diringankan dan mereka yang meninggal dapat dimakamkan
secara layak dan bermartabat.
Advertorial Hidup Edisi Maret 2015